Jakarta, INDIKASI News — Untuk mendiagnosa kemungkinan adanya hipertensi atau tekanan darah tinggi, biasanya dilakukan pengukuran tekanan darah di fasilitas kesehatan seperti klinik, puskesmas, atau rumah sakit.
Bila tekanan darah di atas 140/90 mmHG, seseorang dapat dikatakan mengalami hipertensi.
Sayangnya, pengukuran yang dilakukan tim medis terkadang tidak akurat akibat “white coat effect”, yaitu keadaan di mana tekanan darah saat diukur oleh dokter atau perawat hasilnya tinggi, tetapi pada saat diukur di rumah dalam batas normal.
Sayangnya, pengukuran yang dilakukan tim medis terkadang tidak akurat akibat “white coat effect”, yaitu keadaan di mana tekanan darah saat diukur oleh dokter atau perawat hasilnya tinggi, tetapi pada saat diukur di rumah dalam batas normal.
“Biasanya hasil pengukuran tekanan darah di klinik atau rumah sakit lebih tinggi 20 persen dibandingkan kalau kita mengukurnya di rumah. Ini terjadi karena umumnya pasien tegang ketika bertemu tenaga medis,” kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Siska S Danny di Jakarta, baru-baru ini.
Atas fenomena ini, pasien dengan tekanan darah tinggi di klinik atau rumah sakit disarankan untuk mengukur tekanan darahnya secara mandiri untuk mengkonfirmasi diagnosa dan menyingkirkan “white coat effect”.
Atas fenomena ini, pasien dengan tekanan darah tinggi di klinik atau rumah sakit disarankan untuk mengukur tekanan darahnya secara mandiri untuk mengkonfirmasi diagnosa dan menyingkirkan “white coat effect”.
“Pasien yang baru memulai terapi antihipertensi perlu memiliki tensimeter yang bersifat portable dan mudah dipakai di rumah. Begitu juga dengan pasien risiko tinggi, yang membutuhkan monitoring tekanan darah lebih ketat, misalnya pasien penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan stroke,” kata dia.
Pada ibu hamil juga disarankan memiliki alat tersebut, karena hipertensi saat kehamilan bisa meningkatkan risiko kematian pada ibu dan janin.
Meski begitu, Siska mengingatkan bahwa pemeriksaan tekanan darah secara mandiri tidak bisa dijadikan acuan untuk menghentikan pengobatan hipertensi yang dijalani.
Meski begitu, Siska mengingatkan bahwa pemeriksaan tekanan darah secara mandiri tidak bisa dijadikan acuan untuk menghentikan pengobatan hipertensi yang dijalani.
“Bila dalam pemeriksaan mandiri tersebut hasil tekanan darahnya sudah kembali normal, pasien tidak boleh langsung menghentikan pengobatan. Pengobatan hipertensi itu panjang dan tujuannya untuk mencegah komplikasi yang lebih berat. Jadi harus tetap berkonsultasi ke dokter,” tandas Siska. (sbt)
Loading...