Kandungan ganja ditemukan dalam sepotong brownies. Ini merupakan modus baru para pengedar narkoba untuk mengedarkan barang haram dan memberikan ‘virus’ tersebut kepada masyarakat.
Aksi kriminal ini terungkap saat Badan Narkotika Nasional (BNN) menangkap IR (38) dan komplotannya yakni OJ (21), AH (21), YG (23), dan HA (37) di toko tempat menjual brownies ganja ini di Blok M Plaza, Jakarta Selatan pada 10 April 2015.
“Mereka menjual secara online melalui website www.tokohemp.com. Website (laman) itu juga sudah kami blokir.
Tak hanya di Jakarta, IR dan kawananannya juga mengaku sudah memiliki konsumen tetap hingga di luar Ibukota. Beberapa kota besar juga sudah menjadi wilayah peredaran brownies ganja ini.
Pengungkapan ganja dalam brownies ini bermula saat ada laporan bahwa seorang anak tidak kunjung bangun tidur selama 2 malam setelah makan brownies.
“Setelah diperiksa, pelajar SMP ini tidur seperti itu, baru setelah makan brownies yang mengandung ganja ini,” kata Deddy.
Kepada polisi, pengendali komplotan ini, IR (38) mengaku membuat kue berbahan dasar ganja dan mengedarkannya karena merupakan obat HIV dan Hepatitis C yang diidapnya.
“Saya ngerasa pakai ganja lebih baik dan kalau saya pakai rokok linting takut pergi ke luar rumah, akhirnya saya bikin dalam bentuk kue,” kata IR.
Harga Brownies Ganja
IR mengaku biasanya menjual brownies ganja Rp 200 ribu per boks. Tiap boks berisi 20 buah kue kecil berbentuk hati dan bunga.
Namun, dia tidak mau menyebut berapa keuntungan yang didapat dari penjualan brownies ganja itu. Yang jelas, dalam waktu 6 bulan dia bisa memiliki toko dan apartemen di Kabupaten Tangerang sebagai lokasi produksi kue.
Akibat perbuatannya, IR bersama 4 tersangka lainnya dijerat Pasal 111 ayat 2, Pasal 114 ayat 2 jo Pasal 132 UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman mati.
Kasus Serupa di Luar Negeri
Kasus serupa terjadi di Amerika Serikat. Seorang pria 58 tahun menghubungi Kepolisian Michigan, melaporkan keanehan yang dirasakan tubuhnya.
Malam sebelumnya ia memakan kue yang dipanggang anak perempuannya. Sama sekali tak curiga, makanan itu lah penyebabnya.
Gadis 17 tahun itu mengaku, kue bantat nan sedap buatannya bukan penganan biasa.
Setelah gejalanya diketahui, paramedis segera menangani pria tersebut dengan tepat. Dan berhasil, korban keluar dari rumah sakit dalam kondisi sehat.
Sebaliknya, remaja yang membuat brownies terancam tak hanya mendapatkan murka sang ayah.
“Jika terbukti ada kandungan ganja atau lainnya, kasusnya akan disampaikan pada jaksa. Ia berusia 17 tahun dan itu artinya sudah dewasa di hadapan hukum,” kata Sheriff, Mike McCabe, seperti dikutip dari News.com.au.
Beda dengan cara diisap yang efeknya langsung, dampak memakan ganja baru terasa sekitar 2 jam kemudian. Kolumnis New York Times yang pernah mengonsumsi permen isi ganja mengaku mengalami halusinasi parah dan paranoia selama 8 jam. (le)